"Apa yang aku rasakan belum tentu kau juga rasakan. Apa yang ingin aku ungkapkan belum tentu kau mau mendengar.."
Semakin
lama, rasa ini semakin membebaniku, semakin aku bingung harus berbuat
apa lagi untukmu. Bukannya aku tak mau jujur dengan perasaanku, hanya
saja aku di sini seakan menunggu. Entah apa yang aku tunggu. Menunggu
waktu? Mungkin saja..
Ya, sampai sekarang
aku belum berani mengungkapkan apa yang aku rasakan. Aku hanya mampu
berhayal, memendam semua, dan menunggu serta menjadi pengagum rahasiamu
dari jauh. Atau bahkan mungkin ini semua tak akan pernah terwujud. Bukan
hal yang mudah melewati semua ini. Terkadang akan muncul perasaan
seperti ingin tapi tak ingin. Entahlah. Mungkinkah ini yang selalu
dilakukan oleh orang yang sedang jatuh cinta diam-diam..?
Apalah
arti semua ini. Aku hanya mampu diam dan bungkam. Tak mungkin aku
berucap tiba-tiba di hadapanmu. Padahal kau belum mengenal siapa aku,
riwayatku, latar belakangku dan semua hal tentangku disaat aku telah
mengetahui semua hal tentangmu. Miris memang. Lagipula ada sesuatu lain
yang mengganjal hatiku. Aku tahu jika bukan hanya aku yang memiliki
perasaan ini untukmu. Aku tahu aku bukanlah satu-satunya, bukan yang
bisa membuatmu nyaman dan bahagia. Aku merasa jika aku tak pantas
untukmu, maka dari itulah, aku memilih diam dan terus diam..
Rasa
takut seringkali muncul saat aku ingin menyapamu, atau hanya sekedar
menghubungimu. Ketakutanku itu bertambah hebat karena kejadian beberapa
waktu yang lalu. Saat aku salah tentang sesuatu dan akhirnya semua
berubah menjadi kecanggungan. Aku tak mau itu terulang lagi. Jika itu
nantinya terulang, mungkin sampai kapanpun kita tak akan pernah
berbicara lagi. Meskipun karena kejadian hari itu sampai sekarang kita
tak saling menyapa lagi..
Mungkin hari
itu bisa menjadi kesempatan terakhirku bertemu denganmu. Harusnya aku
lebih berhati-hati dalam memakai kesempatan itu. Kelemahan terbesarku
adalah tidak bisa mengontrol diriku sendiri saat kesempatan itu ada di
depan mata. Musuh terbesarku adalah diriku sendiri. Padahal aku sudah
merencanakan dengan matang dan jelas. Ada hal-hal yang aku batasi, dan
harusnya aku lebih bisa tegas pada diriku sendiri, apalagi rencana ini
sangat penting dan sangat besar, membutuhkan fokus yang benar-benar tak
bisa ditawar. Namun ternyata dalam hidup rencana-rencana kadang bisa
sangat berbelok jauh dari garis awal yang sudah ditentukan, dan harusnya
aku siap menghadapi hal tersebut karena ini bukan pertama kalinya aku
hadapi. Dan parahnya, aku terlalu rapuh, dan hal yang mengubah rencana
itu bukan dari faktor luar, namun ternyata diriku sendiri..
Sangat
cepatnya setan ataupun apapun itu bisa dengan segera mengkudeta
kesadaranku. Dalam sepersekian detik semua logika dan kendali dalam
diriku bisa terblokade. Harusnya aku tidak mengutak-atik rencana
tersebut, harusnya aku tetap tenang. Tapi aku ternyata bodoh, sesuatu
yang sudah aku rencanakan dengan baik, dan jika saja aku bisa tetap pada
rencana-rencana awal yang aku buat sendiri, pastilah saat ini semuanya
masih berjalan dengan baik, bahkan mungkin akan sangat baik untuk
melangkah ke tahap selanjutnya..
Tapi
semua berantakan, dan kesempatan yang terjadi seperti kemarin nampaknya
susah untuk terjadi lagi padaku. Sungguh, itu merobohkan harapanku. Aku
tahu. Bisa apa aku sekarang? Semua hancur begitu saja. Setelah kejadian
itu, kau menghilang tanpa memberi alasan. Aku coba untuk menghubungimu,
tapi apa daya, kau mengabaikannya. Semua ini harus hilang dalam sekejap
karena kesalahanku sendiri..
Menjadi
dewasa itu sungguh berat. Ingin rasanya aku memilih untuk kembali
seperti masa kanak-kanak dulu saat harus bertemu denganmu. Masih biasa
saja, tak terlalu memikirkan, dan bahkan untuk berkomunikasi langsung
maupun tidak langsung tak ada rasa canggung. Hanya karena sebuah keadaan
yang rumit ini, semua berubah. Harusnya aku sadar jika aku tak perlu
lagi menghubungimu ataupun semua yang berhubungan tetangmu tak perlu
untuk kutahu. Sekarang saja, aku masih sering mencari tahu semua
tentangmu dengan selalu mengunjungi beranda kecilmu. Terlihat bodoh
memang. Untuk apa aku masih kesini jika aku tak meninggalkan jejak
untukmu..?
Perasaan ini sungguh membuatku
tak berdaya. Sampai kapan aku harus memendam rasaku ini. Mungkin sampai
kapanpun, aku akan diam dan tak akan mengungkapkannya. Sepertinya aku
lebih cocok menjadi penggemar rahasiamu dan menuangkan apa yang aku
rasakan lewat tulisan yang mungkin takkan pernah kau baca. Aku masih
punya kesempatan dua bulan lagi untuk menjadi penggemar rahasiamu dari
balik beranda kecilmu, karena setelah itu, kita akan berpisah. Entah
kita akan dipertemukan kembali di tempat yang sama atau tidak atau
bahkan di waktu lain di masa yang akan datang. Aku hanya berharap saat
kita bertemu lagi nanti kita dipertemukan dalam keadaan yang baik dan
juga waktu yang tepat, namun jika tak lagi bertemu setidaknya kita
sama-sama telah menjadi bagian dari cerita dan pelajaran berharga untuk
hati masing-masing..
Mungkinkah ini yang
dinamakan egois? Karena aku tidak jujur apa yang aku rasakan sekarang.
Hatiku sendiri tak tahu ini dinamakan apa. Yang jelas, aku nyaman saat
melihatmu, berkomunikasi walaupun hanya sebatas kata "hay", dan aku
merasa bahagia. Entah apakah yang kulakukan ini benar atau salah. Tapi
aku benar-benar menghargaimu. Dan aku juga tahu jika kau tak ada rasa
sedikitpun padaku. Untuk itu, ini pilihan terbaikku. Bahwa aku akan
menyimpan perasaan ini sendiri dan mungkin aku tak akan memberitahumu,
entah sampai kapan atau bahkan selamanya akan diam. Aku tak ingin jika
pertemanan kita akan semakin renggang lagi, dengan aku mengutaraan
perasaan. Diamku, rasaku, untukmu..
Pada
akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Aku
cuma bisa mendoakan, setelah lelah berharap, pengharapan yang ada dari
dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin
besar, lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam
pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa
kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang apa
yang kita inginkan bisa jadi yang sesungguhnya tidak kita butuhkan. Dan
sesungguhnya yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh
cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh
cinta sendirian..
membaca luahan hati yang manis romantis ni..seakan terdengar patah patah kata itu bersuara.... indahnya bahasa tuan budi santika
BalasHapusKa izin copy ya, tulisannya bagus sekali:")
BalasHapusIzin copy
BalasHapusGood. Izin copy ya😅
BalasHapus